Berkunjung kerumah nenek

Jangan salah mengira ketika membaca judul diatas. Saya tidak akan menceritakan bagaimana menyenangkannya suasana ketika berkunjung dirumah nenek , apalagi menceritakan lingkungan rumah nenek yang asri dengan banyaknya tanaman didepan rumah juga mengenai pemandangan hamparan sawah dengan para petani yang dengan semangatnya mencangkul dibawah terik matahari disiang hari seperti yang biasanya saya karang ketika sd :P. Tentu saja, selain karena rumah nenek saya satu kota dan memiliki pemandangan yang tidak jauh berbeda dengan rumah saya, juga karena tidak ada susana yang menarik yang masuk ke pikiran saya dan cukup untuk membuat saya ingin menuliskannya.

Ketika berkunjung kesana saya bertemu dengan dua orang sepupu. Yang pertama masih sekolah sd dan yang kedua sudah masuk sekolah menengah atas. Kira-kira waktu itu pukul sebelas siang, mungkin lebih beberapa menit, atau kurang beberapa menit, atau mungkin sudah jam duabelas. saya tidak atau pasti. dan lagipula tidak penting juga saat itu jam berapa,hahaha,, kami mengobrol ngalorngidul dari mulai mengomentari acara yang saat itu sedang memutar idola cilik terutama mengenai oki lukman yang bisa sebegitu lincahnya dengan bentuk badannya yang nampak tidak mendukung sampai bercerita tentang sekolah masing-masing. Ada yang menarik ketika Irvan, sepupu saya yang sudah SMA menceritakan bahwa dia kesal sekali hari itu dengan salahsatu guru disekolahnya. Guru agama tepatnya. Dia hampir saja kehilangan kesempatan memperbaiki ujian karena dia sempat ngotot untuk tidak membayar.

Jadi menurut irvan, sang guru agama mengharuskan anak-anak yang mendapat nilai kurang dari standar untuk remedial alias perbaikan nilai. Ohya, untuk yang belum tahu, saat ini ada kebijakan bagi sekolah untuk mematok standar bersama mata pelajaran bagi seluruh kelas dengan parameter yang ditetapkan sekolah masing-masing. Jika ada anak yang memiliki nilai kurang dari standar tersebut maka diharuskan diadakan perbaikan sampai sianak mampu melewati atau minimal sama dengan standar tersebut.

Yang lucu adalah sang guru agamanya Irvan mematok harga bagi yang akan mengikuti remedial sesuai dengan nilai awal sianak. Jika nilainya 6 maka yang harus dibayar sebesar Rp. 10.000, jika nilainya 5 maka sebesar Rp. 20.000, jika nilainya 4 sebesar Rp. 30.000, dan begitu seterusnya. Bisa dibayangkan jika semua anak di semua kelas yang diajarnya nilainya 1, tuh guru kayaknya bisa kayak mendadak. haha berlebihan:D. Sang guru berujar uang tersebut akan disumbangkan untuk korban gempa.

Guru agama yang unik, sangat bisa membaca peluang dan kondisi, nampaknya beliau berbakat menjadi entrepreneur wkwkwk. Mencoba berpikir positif. Mungkin sang guru berniat untuk berbagi dan mengajarkan bagaimana indahnya memberi , jika memang benar uang tersebut disalurkan kepada korban gempa. yang menggelitik adalah mengapa harus dipatok, dan bukankah dengan jalan seperti itu sama saja mengajarkan untuk berbagi secara tidak iklas-dengan adanya kepentingan dan keuntungan pribadi yang bisa didapat setelah itu. Atau mungkin ini akal-akalan guru tersebut untuk mendapat uang tambahan. Tidak ada yang bisa memastikan memang. Toh menurut irvan sang guru menutupi hal tersebut dari guru yang lainnya. Hanya sang guru dan Tuhanlah yang tahu. Ditambah mungkin keluarganya sang guru :P. Yang pasti jika ternyata sang guru berbohong menurut saya ini sangat keterlaluan. Memanfaatkan musibah oranglain untuk mengambil keuntungan pribadi..ckckck. sangat-sangat bertentangan dengan mata pelajaran yang beliau ajarkan.

Ada percakapan menarik antara irvan dan sangguru dengan setting tempat di ruang guru yang diceritakan irvan , kurang lebih seperti ini;

Sangguru: “irvan bagaimana? Cuman kamu yang belum membayar uang remedial. Nilai kamu 6, jadi kamu membayar Rp.10.000 saja”

Irvan : “enggak ada uang pak” (jawaban singkat Irvan karena sudah bosan menanyakan sebenarnya uang ini untuk apa dan gondok karena selalu dijawab dengan singkat pula, untuk korban gempa)

Sangguru: trus kamu tidak ingin remedial?

Irvan: yah inginlah pak, tapi saya tidak punya uang. Apa saya tetap bisa ikut remedial?

Sangguru: hhmm klo kamu tidak ingin membayar, kamu bawa installer photoshop sebagai syarat mengikuti remedial ( what the *piiipppppp.. apa hubungannya agama sama photoshop, sakit..bener-bener sakit..)

Irvan : yahhhh saya tidak punya pak

Sangguru : banyak kok, kamu bisa cari BEC atau di salman, deket itb (hahhaha..bagian ini membuat saya nyengir karena tau harganya lebih dari Rp.10.000)

Irvan : yah jauh pak, yasudah pak saya bayar saja ( akhirnya pasrah sambil mengeluarkan uang Rp. 10.000 karena ingin cepat-cepat remedial)

Sangguru: banyak guru lain yang sentimen gara-gara ada yang mendengar tentang ini, kamu selipkan saja uangnya dibuku itu! (sambil menunjuk kebuku yang ada didepan mejanya sambil langsung menulis sesuatu ntah apa, dan menyuruh irvan langsung keluar ruangan)

Sumpah bagian ini cukup bikin saya ketawa ngakak sambil gulingan2an di atas meja seperti model-model di video klip. Ga deng.hahhaha pokonya ekspresi konyol irvan yang menirukan mimik gurunya cukup membuat pipi saya pegal.

--------------

Sakit memang. Heran, ada juga ya yang seperti ini. Jika saya mengingat jamannya SMA, remedial bukanlah hal aneh dilakukan dan tentu saja tidak ada hubungannya dengan uang. Dengan mendengar cerita ini saya hanya berpikir ternyata komersialisasi pendidikan masih banyak dilakukan. Apapun bentuk dan alasannya. Hal yang saya benci dan membuat saya memilih untuk tidak mengikuti bimbel ketika akan mengahadapi SPMB. Apalagi jika menghubungkannya dengan fasilitas untuk mendapatkan pengajaran berbentuk remedial tersebut (saya tidak ingin menyebutnya pendidikan, karena bagi saya pendidikan lebih dari hanya sekedar timbal balik materi, tapi disana terdapat bimbingan dan implementasi dari materi melalui contoh sikap pendidik yang pada akhirnya dapat membangun karakter dari yang dididik).

Mendengar cerita ini mengingatkan saya pada salahsatu film dokumenter yang saya tonton di selasar sunaryo beberapa tahun lalu yang menceritakan bagaimana kegigihan sekelompok siswa SMA dalam membongkar praktek korupsi yang sudah bertahun-tahun dilakukan disekolahnya dan juga berita beberapa waktu lalu di TV one mengenai orang tua siswa sd yang mencoba melaporkan adanya dugaan penyelewengan dana BOS di sekolah anaknya yang sampai tahun keempat ini masih belum juga ada kepastian yang jelas mengenai kasusnya. Perkataan SBY untuk melakukan bersama-sama gerakan ganyang mafia peradilan dan koruptor terasa seperti tiupan angin karena justru hal ini masih banyak dilakukan oleh para pengajar disekolah, orang-orang yang bisa dibilang paling berpengaruh dalam pembentukan mental generasi bangsa tercinta ini. Miris.

Saya merasa sedikit beruntung. Sewaktu saya SMA guru-guru saya selalu mengatakan bahwa kami semua pintar, dan disini tidak hanya dibutuhkan siswa yang pintar tapi juga memiliki karakter. Karakter yang baik tentu saja. seperti moto SMA saya dahulu “ knowledge is power but character is more”.

Nampaknya ini menjadi PR bersama, bagaimana menumbuhkan kepekaan siswa mengenai kondisi disekitarnya, bagaimana menumbuhkan kesadaran guru yang bukan hanya bertanggung jawab atas tersampaikannya materi namun juga bertanggung jawab dalam pembentukan moral muridnya, bagaimana pemerintah dapat berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan yang terpenting bagaimana pemberantasan korupsi bisa dimulai dari lingkungan terdekat dan secara mendasar, orangtua dan guru sebagai pilarnya.

Sangat mulia dan besar sekali tanggung jawab seorang guru, seperti potongan lagu himne guru dibawah ini yang masih saya hafal karena sering dinyanyikan ketika SMA terutama pada perayaan hari guru yang biasanya dilakukan dengan kegiatan memberi bunga secara bebas kepada guru :)


Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru

Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku

Sebagai prasasti trimakasihku tuk pengabdianmu..

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan..

Engkau patriot pahlawan bangsa...

Yang sangat berjasa

*

jadi kangen pak engkus, wali kelas kelas empat SD, yang karenanya saya jadi semangat untuk mencari tau tentang suatu pelajaran lebih dari yang ada di buku pelajaran

jadi kangen bu Sulas, guru bahasa Indonesia yang asik, tak bisa dilupakan bagaimana ibu melemparkan buku-buku PR kami ke berbagai penjuru kelas jika ada yang tidak berkenan, dan berteriak “ eta aweweeeeeee!!” ketika ada anak perempuan yang berkelakuan aneh atau memakai baju yang menurut ibu aneh,hahahha,,

jadi kangen pak tata yang membuat saya berubah seratus persen dari yang asalnya benci fisika menjadi menyukai fisika dan salahsatu guru yang paling enak dalam menyampaikan materi

jadi kangen pak Hera, guru matematika SMA yang *maaf, ketika menjelaskan banyak yang tidak mendengarkan karena bapak terlalu pintar sehingga sulit kami mengerti dan berkali-kali curhat mengenai susahnya mematenkan temuan bapak, calculogic, yang sebenarnya sering bapak jelaskan cara kerjanya tapi tetap tidak dapat saya mengerti J

jadi kangen sama ibu Yoyoh, walikelas guru sejarah yang saya rasa saat itu cukup galak, tegas tetapi sebenarnya baik dan dengan kurangajarnya kami sekalas menyebut ibu pithecantropus, sesungguhnya itu rasa sayang kami bu,, hehe maafkan kelakuan kami dulu, ibu sangat berkesan.

Jadi kangen pak firman, guru matematika yang asik ketika mengajar lengkap dengan teriakan bapak jika ada yang mencontek ‘ mental brengsek!!!’

Jadi kangen pak Tatang, dosen senior di arsitektur yang masih sangat gagah diusia senjanya yang melebihin 75 tahun. Beliau banyak mengajarkan comonsense dalam berarsitektur. Tidak lupa bentakan bapak seperti “GOBLOK!!” dan kata-kata lain yang menggelegar dan mengakibatkan suasana studio menjadi hening seketika setiapkali bapak masuk. Walaupun cara mendidik bapak bergaya ‘lama’ (katanya dari taun 70an bapak sudah dikenal seperti itu), bapak sangat berkesan bagi kami sampai-sampai terciptalah lagu berjudul aloha opa dari baby eat cracker

Dan untuk semua guru dan dosen yang telah mengajar dan mendidik saya

Terimakasih. Lagu diatas untuk anda semua.

2 komentar:

cassia vera mengatakan...

Hahahaha.. aku tau pa tatang.. anaknya beliau temen gw :)

Anita Yuliana mengatakan...

hwaaa,,,siapaa.. upss..hehe..
iya pak Tatang yang galak sekaligus mengajarkan banyak hal :)

Posting Komentar