:)

Akhir-akhir ini pikiran selalu mengenai keluarga. Semakin saya tumbuh semakin sadar bahwa tidak ada yang lebih penting selain keluarga dan orang-orang terdekat. Kita mungkin tidak dapat mengubah dunia, tapi kita mungkin untuk membangun keluarga kita yang memberi dampak positif untuk orang lain disekitarnya. Amin.

there are two gifts we should give our children; one is roots, and the other is wings -Henry Ward Beecher


Amin. Semoga mampu.

Pohon Kehidupan

The Tree of Life
Film The Tree of Life ini merupakan salah satu film yang berhasil memberi saya banyak kejutan. Tidak seperti film lainnya, film ini sedikit absurd dengan plot yang tidak biasa, menggambarkan kehidupan sebuah keluarga muda di suburban Amerika yang dicampur dengan fenomena yang terjadi di alam semesta. Plot-nya terus bolak balik antara pengertian kosmik secara harfiah dan kehidupan keluarga ini-yang pada akhirnya menjadi fokus dari film ini.

Salah satu scene yang paling membuat saya termenung adalah pertemuan lava dan gelombang laut. Penggambaran yang cocok bahwa ‘nature’ dan ‘grace’ datang bersama-sama, dan menghasilkan sesuatu yang indah.

“kita harus memilih antara jalan ‘nature’ dan ‘grace'", begitulah salah satu narasi dari pembukaan film ini.

‘Nature’ itu acuh tak acuh, terus berjalan seperti apa yang dikehendakinya, berlandaskan kepuasan pribadi, menciptakan-menghancurkan, tanpa rasa lebih dalam nilai. Sang ayah digambarkan sebagai perwujudan dari prinsip 'nature'. Dia pada dasarnya baik, mencintai anak-anaknya, disiplin, bersemangat, dan ingin membuat anak-anaknya tangguh dan mandiri, namun sayangnya cendrung memaksakan kehendaknya sendiri. Lingkungan sekitarnya harus menjadi seperti apa yang dia inginkan. 

Sedangkan 'Grace' berarti kemurahan hati, pengampunan, suatu bentuk kekuatan batin yang dapat menerima penderitaan. Ada banyak cara untuk menggambarkan itu tapi semua berlabuh dalam keberadaan kita, kemanusiaan kita. Naratif kosmik digambarkan dengan dinasaurus jinak pemakan tumbuhan yang bergerak dengan anggun, bunga, rerumputan, sinar mentari. Dalam film digambarkan bahwa ‘grace’ adalah kebaikan. Sang ibu digambarkan sebagai perwujudan dari prinsip 'grace'.

kita harus memilih antara jalan ‘nature’ dan ‘grace'.

Kita terjebak ditengah perebutan kekuasaan ini. Berusaha memahami keberadaan singkat ini. Lalu terjadilah sebuah peristiwa. Sebuah kematian/ kehilangan yang tiba-tiba, ternyata dapat menggugat keyakinan dan ketulusan seorang ibu yang merupakan perwujudan dari ‘grace’ yang sejatinya tidak mengenal rasa kecewa.

Why? -Mrs. O'Brien (The Tree of Life)
Mungkin sebenarnya kita tidak perlu memilih antara ‘grace’ dan ‘nature’. Ada jalan tengah dimana kita dapat menemukan ‘grace’ pada ‘nature’, tidak hanya melihat ‘grace’ sebagai suatu keindahan absolut karena sebenarnya manusia tidak mungkin menghilangkan 'nature' karena memiliki hasrat dan keinginan. Pun tidak akan pernah bahagia jika hanya berpegang pada prinsip 'nature', karena banyak hal yang tidak dapat kita kontrol seberapapun kita berusaha.

Everything is determined, the beginning as well as the end, by forces over which we have no control. It is determined for insects as well as for the stars. Human beings, vegetables or cosmic dust; we all dance to a mysterious tune, intoned in the distance. -Albert Einstein 
Takdir tidak dapat dikontrol dan tidak ada yang tahu bagaimana formulanya. Satu-satunya yang bisa diyakini adalah segalanya berjalan seimbang. Hal-hal yang baik akan datang sebanyak hal-hal yang buruk.

Yang dapat dilakukan adalah melihat ‘grace’ dalam hubungan yang lebih mendalam. Apa yang terjadi terhadap sosok ayah secara kiasan sebelum kematian anaknya, adalah keterasingannya dari makna ‘grace’ itu, yaitu tidak dapat terhubung secara mendalam dengan apa yang terjadi disekitar. Sebaliknya, dia hanya bisa terhubung dengan mimpi-mimpinya yang hilang,  misalnya digambarkan dalam obsesinya untuk menyalurkan anak-anaknya dalam bermusik. Dia terjebak dalam kebenaran yang dianutnya yang membuahkan tuntutan.

Sometimes people hold a core belief that is very strong. When they are presented with evidence that works against that belief, the new evidence cannot be accepted. It would create a feeling that is extremely uncomfortable, called cognitive dissonance. And because it is so important to protect the core belief, they will rationalize, ignore and even deny anything that doesn't fit in with the core belief. -Frantz Fanon
Dari sekian banyak pesan dalam film ini, salah satu yang akan bertahan adalah bahwa ‘nature’ dan ‘grace’ ada pada setiap masing-masing diri kita. ‘grace’ dan ‘nature’ tidak berperang satu sama lain, tetapi mereka adalah satu dan sama: kreasi dari ribuan tahun sejarah kosmik yang menghasilkan keindahan di dunia ini.

Semoga saya bisa menggunakan prinsip 'nature' untuk bisa survive, dan menggunakan prinsip 'grace' dalam melihat setiap peristiwa yang terjadi dalam perjalanan hidup saya. Kebaikan dan keburukan terjadi secara seimbang. Namun, keburukan pun dapat menjadi kebaikan, jika kita mau melihat dari perspektif yang berbeda, dan yang tersisa hanyalah rasa syukur dan pembebasan.
Kita tidak bisa mengontrol Kehidupan, tapi kita bisa mengontrol bagaimana kita melihat kehidupan
Mungkin inilah yang disebut berubah dari 'physical being' yang terikat pada keseimbangan baik-buruk, menjadi 'spiritual being' yang tidak terikat pada keseimbangan baik-buruk dalam dunia fisik. di dunia spiritual kita dapat hanya memilih baik. Tidak perlu keseimbangan untuk mengADA.

Pemahaman ini akan melepaskan diri dari tuntutan terhadap lingkungan untuk membuat diri merasa baik, utuh, dan bahagia. Free from demand of others and the environtment. Memahami bahwa pada dasarnya kedamaian, kebahagiaan, dan kasih sudah ada pada masing-masing diri karena kita sebagai spiritual being memilih untuk itu, terlepas dari apapun yang terjadi di dunia fisik.


Setelah memahami ini barulah kita dapat memberikan kedamaian, kebahagiaan, dan kasih kepada orang lain dengan benar-benar tulus karena terlepas dari tuntutan.
Help each other. Love everyone. Every leaf. Every ray of light. Forgive. -Mrs. O'Brien (The Tree of Life)
Mungkin ketulusan adalah ujian sebenarnya dalam kehidupan dan the tree of life di taman eden (dalam kristen)/ jannatul adnin (dalam islam) adalah simbolnya...? spiritual being terlepas dari keseimbangan baik-buruk, penciptaan-penghancuran, keabadian! Sayangnya menusia yang diwakili adam dan hawa memilih untuk memakan buah yang satunya lagi di taman itu, yaitu buah pengetahuan (baik dan buruk) dan kita memilih untuk menderita mencari kebahagiaan yang sebenarnya sudah ada pada diri kita. Seyem, tapi itulah manusia, hehe..

Banyak kata mungkinnya,, karena merasa sotoy tapi yaudahlahya :D.. fiuh cape juga ternyata nonton film ini tapi puas. Recommended dan sebaiknya nonton sambil makan cokelat biar ga pusing hehe.. 8 dari 10 bintang deh! sekarang waktunya bersantai dengerin musik sambil ngeteh :D

Rumah

Masih dalam kerangka bahwa impian itu sebaiknya ditulis dan disertai foto (anjuran SIAware), akhirnya saya mencoba menyusun rumah masa depan! :D

Berbicara mengenai rumah, impian saya adalah memiliki rumah di pegunungan, tapi sepertinya itu masih jauh dari realistis, ya setidaknya untuk saat ini. Opsi lainnya adalah memiliki rumah di pinggiran kota dengan halaman yang luas. Memiliki halaman luas di tengah kota sepertinya sudah tidak mungkin, harganya pun tidak masuk akal dan kantong. 

Dengan halaman yang luas anak-anak bisa berlarian, jumpalitan, manjat pohon, bebas! Maennya dirumah, boleh ajak temen-temennya dateng kerumah dan jadi tempat berkumpul yang asik. Dihalaman ini juga harus ada kebun sayur! dan (mungkin nanti) binatang ternak; ayam, sapi, apa lagi ya..(eh katanya usaha ternak sapi juga menjanjikan? hehe). Tantangannya adalah mencari lahan di pinggiran yang masih punya akses yang cukup mudah ke kota, untuk menunjang pendidikan anak.


Kebun Sayur di Rumah
Rumahnya sendiri ga perlu besar, cukup didesuaikan dengan kebutuhan ruang yang ada. Jadi kalau emang nantinya perlu diperbesar, memungkinkan untuk dijadikan rumah tumbuh. Bertahap sesuai kebutuhan dan budget. Material ekspos sehingga tidak ada pekerjaan finishing yang tidak perlu dan tampilan bangunan menjadi ‘lebih jujur’.

Beberapa contoh rumah yang mengekspos material. 
Ukuran disesuaikan pastinya dibuat versi mininya :D
Material yang diekspos (batubata, kayu, batu), terdapat bukaan yang banyak untuk cahaya dan udara, ruangnya pun terbuka tanpa banyak sekat, menggunakan lantai ubin terakota seperti pabrik kunci/ sadus, seperti rumah-rumah trasidisonal di Jogja, agar hangat di malam hari dan dingin di siang hari.
Contoh Lantai Ubin yang Bermotif
Saya suka yang simpel dan tidak mau rumah nantinya jadi rame. Ubin yang bermotif hanya sedikit saja jadi aksen di bagian-bagian tertentu (misal kamar mandi atau pojokan), sisanya menggunakan ubin yang polos.

Bagian belakang rumah punya teras luas yang beratap, lantainya decking kayu cari yang bekas, nanti dipasang hammock, ada tempat ngopi, ngeteh atau mengobrol sambil menikmati baileys di sore hari bersama keluarga :P, ada space untuk anak-anak bermain, menggambar, intinya ruang semiluar yang serbaguna deh.

Teras Belakang untuk tempat berkumpul
Hammock di rumah!
Ide bagus, bikin dinding panjat dirumah untuk melatih motorik anak
Untuk tempat bekerja, di halaman terdapat bale yang sekaligus sebagai semi-outdoor office dan tempat bersantai melepas penat. Atau kalau budgetnya mencukupi, tempat kerjanya dibuat bangunan kecil sendiri terpisah. Workshop untuk bisnis membuat barang-barang penunjang interior juga nantinya dibuat di gudang belakang halaman rumah. Menurut Harvard business review, outdoor office bagus untuk menumbuhkan ide-ide dan meremajakan pikiran.


Kantor di Halaman Rumah
Pada bagian atap, sebagai bentuk penyesuaian untuk rumah tumbuh, dibuat green roof dengan deck yang bisa jadi taman atas, bisa untuk tidur-tiduran untuk liat bintang, kalau punya teropong bintang kayanya seru juga, undang teman-teman dekat membuat barbeque atau acara nonton bareng disana. Nantinya kalau rumah perlu dibangun, bagian ini bisa jadi ruangan atas, baru pasang atap atau mungkin dibuat roof garden lagi diatasnya.


Ceritanya ini ditaman atas atap. Undang Teman untuk sekedar nonton bareng/ bertukar ide-ide seru
sambil membuat barbaque bersama.
Rumahnya harus ramah dengan lingkungan. Menggunakan material lokal yang berasal dr setempat dan dicampur material bekas layak pakai, Tanki air disimpan diatas untuk meminimalisir penggunaan pompa, dibuat pula tanki–tanki penampung air hujan untuk bisa digunakan kembali misalnya untuk menyiram tanaman. Desain bukaan harus baik yang memungkinkan sirkulasi udara, pencahayaan alami dan mengurangi temperatur ruangan. Perletakan ruang terbuka dan tidak banyak sekat.

Huaaa harus bisa mewujudkan ini, yang pasti harus memutar otak untuk memprogram biar rumahnya efektif dan murah tapi tetap bagus secara finishing. Sekarang waktunya kerja keras dan fokus. Rumah yang homey, tempat berekspresi, tempat melepas penat, tempat berlindung dan berkumpul. 


Home where the heart is.

Menulis Impian

Katanya kalo punya impian itu sebaiknya ditulis karena akan membantu untuk fokus dan jadi motivasi. Sebenarnya dari waktu kecil saya terbiasa nulis impian. Pas SD sempat nulis mau masuk smp, sma sampe kuliah dimana, terus mau jadi apa (meski berubah-berubah), tiap caturwulan juga ditulis targetan jangka pendeknya. Jaman-jaman itu, jaman dimana yang dipikirin hanya sekolah, bebas lepas, urusan sekolah lancar maka hati pun senang. Simpel.

Setelah lulus kuliah mulai banyak impian-impian baru muncul, inspirasinya datang dari mana-mana. Tapi semakin lama semakin sadar kok kayanya semua itu hanya ambisi labil sesaat yang bukan dari dalam diri saya sendiri. Pengen jadi urban planner yang melanglangbuana, aktivitis di organisasi tertentu, anthropolog, dan masih banyak lagi. Semakin lama semakin sadar bahwa itu bukan impian saya. Tentu saya masih ingin memanfaatkan keilmuan yang didapat di bangku pendidikan formal, tapi bukan yang seperti itu. Setelah mencoba beberapa jenis pekerjaan, Saya semakin sadar bahwa saya selalu tertarik dengan hal-hal yang bersifat personal, skala kecil, mendesain rumah tinggal atau interior bener-bener saya nikmati prosesnya.

Akhirnya ujung-ujungnya kembali ke impian saya pas awal-awal kuliah. Saya ingin jadi arsitek/ desainer interior, hanya saja bekerja dari rumah sambil berbisnis membuat barang-barang penunjang interior. Bekerja di rumah tidak terkukung aturan-aturan kantor, bisa membuka sedikit lapangan pekerjaan baru, dan yang terpenting bisa mengatur waktu dengan fleksibel untuk keluarga. Mungkin saya bukan pendukung egaliter sejati. Wanita/ istri/ ibu tentu boleh bekerja, tapi tetap tugas pertamanya adalah menjaga wilayah domestik.

jadi teringat pas sehabis lulus sma rame-rame dengan teman ke acara pensi, disana ada bilik ramal. Semua diramal termasuk saya, pertanyaannya soal karir masa depan (galau menunggu kelulusan spmb). Pas giliran saya, dibilang kalau karir saya bagus tapi sebenarnya tidak akan jadi prioritas nomor satu bagi saya, Saya akan lebih memprioritaskan urusan keluarga ketimbang karir nantinya, walaupun ga sepenuhnya ibu rumah tangga karena masih akan tetap bekerja. Glek hampir keselek tidak percaya dan semua teman tertawa mengejek anita si ibu rumah tangga. Percaya tidak percaya namanya juga ramalan pensi, tentu saat itu saya sangat tidak setuju hahaha ;)))

Ramalan ini jadi teringat lagi setelah memikirkan mau kerja seperti apa nantinya. Pertimbangan kenapa memilih pekerjaan sekarang pun ternyata tanpa disadari karena itu. Saat itu ada dua tawaran pekerjaan dan saya memilih pekerjaan ini dengan pertimbangan pekerjaan ini akan lebih cocok untuk ibu rumah tangga ketimbang di perusahaan asing sebagai manajer proyek yang akan penuh dengan lembur, sering keluar kota, dan yang paling utama: bener-bener ditengah kota! walaupun secara pendapatan akan lebih besar. Setelah dipikir-pikir lagi, agak aneh juga, menikah saja belum, jangan-jangan ramalan pensi itu ada benarnya. Kyaaaaaaaa!!

Materi itu perlu dan memang ga bisa ditawar. Ini jadi tantangan baru juga untuk bagaimana tetap bisa menghasilkan dari rumah. Belajar investasi. Belajar berbisnis. Nabung. Masih banyak pr dan kerja keras untuk bisa seperti ini. Rumahnya pun dimana masih buram, tapi yang pasti sih ga ditengah kota, apalagi dalam cluster! Saya yakin pasti bisa jika saya mulai step by step dari sekarang dan konsisten. Semoga semuanya berjalan lancar. Namaste!

Pengalaman dengan seorang pengidap ADD+ADHD

Teman saya ini peranakan Inggris dan Prancis. Pembawaannya ceria, teman yang menyenangkan untuk diajak mengobrol, teman yang akan selalu ada ketika orang-orang di sekelilingnya membutuhkan bantuan, namun ada sesuatu yang ‘salah’ pada dirinya. Kebiasaannya yang sangat pelupa, tidak pernah fokus, selalu ingin bergerak, impulsif tingkat tinggi, seperti tidak memiliki tujuan hidup, emosional dengan mental yang tidak cocok dengan usianya dan sederet sikap buruk lainnya. Ada perasaan yang aneh ketika pertama kali melihat matanya, matanya seperti menyiratkan kata ‘help me” walaupun pembawaannya riang. Suatu ketika pamannya mengatakan padanya di depan saya “you’re a hopeless kid”. Tanpa sadar saya menitikan mata, menurut saya itu kata-kata yang tidak pantas dikatakan, seberapapun buruknya prilaku orang tersebut.

Setelah mengenalnya lebih jauh ternyata dia memiliki daftar pengalaman tidak menyenangkan. Dia kerapkali dikeluarkan di beberapa sekolah, sempat menjadi pecandu ganja kronis, dan yang paling mengerikan adalah pernah merencanakan untuk mengakhiri hidupnya. Dia tahu ada yang salah dengan dirinya, dia tidak nyaman, namun dia tidak tahu apa, dan orang-orang di sekelilingnya membuat kondisinya semakin buruk dengan justifikasi-justifikasi, daripada mempertanyakan dan membantu apa penyebab sikapnya seperti itu. Dia merasa tidak diterima dalam keluarga, dan sulit untuk bersosialisasi dalam bentuk hubungan professional. Dia memiliki banyak teman, namun cenderung lingkungannya memanfaatkan sikapnya yang penolong dan tulus untuk keuntungan pribadi. Akhirnya dia terjebak dalam lingkungan pecandu alkohol dan narkoba.

Ada dorongan yang kuat pada diri saya saat itu untuk mengetahui penyebab dan masalah teman saya ini. Keinginan untuk membantunya keluar dari lingkaran setan. Saya coba untuk menemaninya di waktu senggang dan mengobrol banyak. Paman dan tantenya yang merupakan bos saya pada saat itu merasa khawatir dengan kedekatan kami, mereka khawatir bahwa dia akan memberikan dampak buruk pada diri saya, mereka mengusir dia dari Indonesia, memperparah kondisi kejiwaannya, membuatnya merasa semakin tidak diterima dan terisolir. Saya mulai berpikir bahwa saya tidak dapat meninggalkannya, setidaknya pada saat itu. Saya yakin pasti ada jalan keluarnya. Walaupun dalam hati kecil berpikir akan lebih mudah bagi hidup saya jika terlepas dari dia, saat itu dia bersikeras untuk tetap tinggal di Indonesia. Masalah ini harus diselesaikan.

Bulan demi bulan dilalui dengan sulit. Saya seperti menghadapi seorang anak. Menemani dia membawa saya ke tingkat paralisis dan depresi, ditambah beban pekerjaan yang pada saat itu sangat intens. Suatu ketika Kym teman kantor saya mengatakan “Anita honey, this is not your responsibility! You don’t have to suffer for someone who don’t even wanna change his behavior”. Dengan beban pekerjaan, masalah pribadi, dan dia, berat badan saya menurun drastis. Kerap kali saya ingin menyerah, namun kerap kali pula saya melihat matanya dan saya hanya tidak dapat. Saya terjebak pada pertentangan-pertentangan yang ada pada diri saya.

Akhirnya saya mencoba untuk mencari-cari di internet dan mengobrol dengan teman psikolog. Kesimpulannya adalah kemungkinan dia mengidap ADD&ADHD. Keluar dari cengkeraman penyakit ini tidak mudah, terlebih belum pernah diberi pengobatan/terapi sampai usianya dewasa. Perlu kerja keras dari lingkungan sekitar untuk membantunya keluar dari penyakit ini. Seorang anak yang memiliki penyakit ini disekolah harus mendapat perhatian ekstra dan sebaiknya dipisahkan dari teman-teman yang lain, singkatnya anak dengan penyakit ini harus mendapat perlakuan yang berbeda dari anak-anak normal lainnya.

Saya heran mengapa keluarganya tidak dapat mendeteksi ini, Penyakit ini dapat disebabkan oleh genetik dan trauma masa kecil. Orang tuanya normal dan sukses secara karir, tidak ada tanda-tanda penyakit ini, maka kemungkinannya adalah trauma.  Saya coba mengkaitkannya dengan apa yang terjadi pada dia ketika berumur 2 tahun. Pada umur 2 tahun, wajahnya sempat dikoyak anjing peliharaan, menyebabkan dia harus dioperasi plastik untuk mengembalikan bentuk wajahnya, lalu sampai 6-8 tahun setelah itu dia tidak dapat tidur di malam hari, selalu ada mimpi buruk yang datang.

Saya lalu membuat rencana untuk sedikit-sedikit membuatnya mandiri dan tidak bergantung dengan orang-orang disekitarnya. Saya selalu mengatakan tidak ada yang dapat membantu dia selain dirinya sendiri, tidak keluarganya, tidak pula saya. Saya menyarankannya untuk kembali ke Prancis.

Setelah dia kembali di Prancis saya menyarankannya untuk bertemu dengan dokter spesialis, dan benar dugaan saya mengenai penyakit ini. Setelah melewati diagnosis selama 6-8 bulan lamanya, dia sekarang mendapat terapi dan pengobatan. Dipulihkan kembali harapannya. Ada perasaan senang dan bangga mendengar dia sekarang telah banyak berubah. Walaupun kami terpisah dan sulit bagi dia untuk terlepas dari saya, dia dapat memahami kondisi saya dan alasan mengapa saya meninggalkan dia. Tadi malam dia mengatakan sangat berterimakasih telah menemaninya di waktu-waktu sulit, dia sekarang bisa melihat masa depannya dengan lebih optimis. Senang bercampur sendu!! aaaahhh Terimakasih kembali untuk semua pelajaran yang berharga. That’s what friends are for, right? 

Saya tidak tahu di Indonesia penyakit ini dikenal apa tidak. Tapi bagi orang-orang yang memiliki anak, teman, kerabat yang memiliki tanda-tanda penyakit ini, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan karena semakin dewasa akan semakin sulit untuk memulihkannya. Di banyak kasus yang saya baca, kecendrungan keluarga menganggap sikap ini hanya sebagai bentuk kemalasan, tidak punya motivasi, mental excuse untuk tidak mau menjadi dewasa. Padahal orang yang mengidap penyakit ini tahu betul ada yang salah dengan dirinya, namun dia tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Hindari untuk memberikan reaksi negatif seberapapun buruk sikapnya, karena hanya akan memperparah dan tidak menjadi solusi.

Tanda-tanda penyakit ini dari www.helpguide.org:

§   “zoning out” without realizing it, even in the middle of a conversation
§   extreme distractibility; wandering attention makes it hard to stay on track
§   difficulty paying attention or focusing, such as when reading or listening to others
§   struggling to complete tasks, even ones that seem simple
§   tendency to overlook details, leading to errors or incomplete work
§   poor listening skills; hard time remembering conversations and following directions
§   poor organizational skills (home, office, desk, or car is extremely messy and cluttered)
§   tendency to procrastinate
§   trouble starting and finishing projects
§   chronic lateness
§   frequently forgetting appointments, commitments, and deadlines
§   constantly losing or misplacing things (keys, wallet, phone, documents, bills)
§   underestimating the time 
§   frequently interrupt others or talk over them
§   have poor self-control
§   blurt out thoughts that are rude or inappropriate without thinking
§   have addictive tendencies
§   act recklessly or spontaneously without regard for consequences
§   have trouble behaving in socially appropriate ways (such as sitting still during a long meeting)
§   sense of underachievement
§   doesn’t deal well with frustration
§   easily flustered and stressed out
§   irritability or mood swings
§   trouble staying motivated
§   hypersensitivity to criticism
§   short, often explosive, temper
§   low self-esteem and sense of insecurity
§   feelings of inner restlessness, agitation
§   tendency to take risks
§   getting bored easily
§   racing thoughts
§   trouble sitting still; constant fidgeting
§   craving for excitement
§   talking excessively
§   doing a million things at once

Semoga Bermanfaat.