Ada satu hal yang membuat saya merasa sedikit beruntung tidak masuk ke kedokteran, yaitu saya bisa lulus dengan waktu 4-5 tahun saja. Dengan masuk arsitektur, 4-5 tahun kemudian saya sudah dapat menjadi arsitek. Dengan berbagai macam pertimbangan akhirnya saya mendaftar pada pilihan kedua Arsitektur ITB setelah mengahapus fisika murni, jurusan yang disarankan oleh pak Tata, dosen fisika kesayangan saya di SMA pada h-1 pengembalian formulir.
dan ternyata salah..
Arsitektur pun sekarang ada kuliah keprofesiannya setahun, dilanjutkan dengan magang yang diawasi selama 2 tahun dan barulah mendapat sertifikasi sebagai Arsitek. Yaa, klo gini kan sama-sama aja ternyata sama kedokteran, 7tahun juga, weww,, tapi ada untung juga sih taunya baru sekarang, yang memang baru diterapin di angkatan saya. coba taunya pas awal-awal, pastinya jadi lebih bete ga msuk ke kedokteran..:D
Selama 4 taun di arsitektur melalui berbagai macam mata kuliah, yang saya rasakan adalah dunia arsitektur membuat saya lebih bersahabat dengan lingkungan, lebih humanis, dan lebih memperhatikan setiap gerak gerik manusia berupa prilaku sebagai hasil cerminan kepribadian, psikologi dan latar belakang dari manusia tersebut. saya merasa belajar di Arsitektur tidak hanya membuat saya bisa menggambar, menyeimbangkan otak kanan dan kiri saya, kemampuan menganalisis suatu kawasan, juga yang paling penting untuk saya adalah lebih dapat melihat manusia dalam skala manusia. bagaimana suatu lingkungan binaan, suatu area terancang dapat mengatur prilaku manusia sesuai yang kita harapkan, tanpa sang manusia tersebut sadari dan membuat ikatan antara goresan gambaran kita dengan psikologi orang ketika berada di dalamnya. Yah itulah arsitek menurut saya, pekerjaan yang mungkin masih banyak dianggap remeh-bisanya cuman gambar-padahal gambar hanya tools. satu yang pasti saya merasa dunia arsitek membuat saya lebih hidup. lebih bermain dengan lingkungan dan perasaan saya. saya yang menurut hasil tes psikologi ketika SMA 100% logical, dengan dominasi maksimal otak kiri, dan sempat dipermasalahkan ketika masuk jurusan arsitektur,, hehehe,,yah.. sedikit-sedikit saya mulai dapat lebih merasakan kepekaan saya. sisi emosi saya, dan mungkin cendrung berlebih :P
Hubungannya dengan kuliah yang jadi 7 tahun adalah kuliah selama 4 tahun ini menurut saya memang belum cukup untuk membuat seorang calon arsitek siap kerja. Ada tahapan yang putus antara materi kuliah dengan dunia kerja. Mungkin kakak kakak senior saya terdahulu mempelajarinya langsung di dunia kerja. Belajar selama 4 tahun ini lebih kepada pemahaman seorang calon arsitek terhadap lingkungannya. Dan saya menyadari menjadi arsitek tidaklah mudah, jauh lebih dalam dari hanya mengatur perletakan denah, menggambar tampak dan potongan. Arsitek adalah perencana, pengatur dan pengkhayal dengan manusia sebagai objeknya. itulah yang saya pelajari selama 4 tahun ini. walaupun saya merasa belum cukup siap untuk kerja, tapi saya memiliki bekal untuk melihat dunia ini sebagai sesuatu yang menarik. hidup yang dinamis. dunia arsitektur memanusiakan saya :)
untuk itu nampaknya tidak lucu kalau saya bete lagi lagi hanya karena ternyata harus menambah waktu kuliah 3 tahun. saya merasa beruntung dengan pengalaman 4 tahun ini. dan saya akan mendapat 3 tahun tambahan yang akan menyempurnakan saya untuk lebih siap lagi menjadi perancang lingkungan, perancang ruang-ruang yang akan memiliki ikatan emosi kuat dengan manusia yang ada di dalamnya. Amin..hehe..
bersiap2 menjadi planner dan calon ibu :))