Menikmati rutinitas


Setiap orang pasti pernah merasa bosan walaupun masing-masing memiliki batasannya sendiri. Sebagian mungkin akan mencari jalan keluar dari rutinitas tersebut namun sebagian mencoba untuk menikmati kebosanan tersebut hingga akhirnya menjadi kondisi yang nyaman.

Tinggal di pulau kecil seperti Lembongan ini tentu sangat mudah untuk membuat orang bosan. Jalan kaki 10 menit sudah sampai kantor, ketemu dengan orang-orang yang sama setiap hari. Kalau mau mencari hiburan atau suasana baru, ya pergi ke P. Bali. Nah masalahnya tidak setiap saat saya bisa ke P.Bali. Selain kendala waktu, juga rasanya sayang merogoh kocek yang ga sedikit kalau memang ga perlu-perlu amat.

Seorang temen sempat mengunjungi saya di Pulau ini dan dia mengatakan kok bisa-bisanya saya betah berlama-lama tinggal di sini, kalo dia bisa mati kebosanan katanya. Sebenarnya simpel aja sih, saya mencoba melihat sesuatu yang sama/ rutinitas yang sama secara berbeda-beda.

Misalnya saja rutinitas berjalan kaki ke kantor. Ada 4 alternatif jalan menuju kantor, hampir tiap hari saya mengganti jalan yang saya lalui walopun jalan yang satu lebih panjang dari yang lain. Dengan berganti-ganti jalan ini saya jadi bisa bertegur sapa dengan pohon-pohon yang lain, batu-batuan yang lain, bapak-bapak yang suka ‘ngarit’ dan kadang bikin serem, dan juga lebar jalan yang berbeda sehingga mendapatkan pengalaman ruang yang berbeda pula. Ada satu jalan yang banyak sekali nyamuknya. Kalau lewat jalan itu, pasti kaki bentol-bentol digigitin nyamuk dan kena ilalang-ilalang. Tapi disitu serunya karena saya punya kegiatan kecil baru sebelum pulang dari kantor yaitu pakai lotion anti nyamuk! :P

Selain itu, saya seringkali mengubah susunan furnitur dan layout kamar. Semenjak pindah ke kosan baru pada bulan februari, susunan kamar sudah berubah 2-3 kali. Selain saya sangat menikmati kegiatan mendekor ruang, juga karena setelahnya saya merasakan seperti berada di tempat yang baru, merefresh kembali pikiran. Untungnya saya taruh barang-barang dalam box yang dibuat sendiri sehingga tidak tercecer dan mudah ditemukan walaupun berpindah posisi. Kamar ini adalah teman baik saya tiap malam untuk baca buku atau sekedar menonton film. Ga ada tv, ga ada koneksi internet, sinyal hp labil pula.

Ada kegiatan yang hilang sebenernya setelah pindah ke kosan yang baru ini yaitu memasak. Disini ga ada dapur, hhmm ada sih tapi selalu dikunci, berada di bangunan yang berbeda. Dulu dikosan lama mulai belajar masak dikit-dikit yang simpel-simpel walopun rasanya masih gajelas hehe tapi saya menikmati kegiatannya. Akhirnya kegiatan berganti, di kosan baru ini saya merawat beberapa bunga. Kebetulan kosan baru ini punya kebun sepetak masing-masing tiap kamar jadi saya bisa menaruh bunga-bungaan saya yang unyu disana :D. Warna-warni tapi senada. Hanya ditaruh di pojok-pojok tertentu biar hijaunya rumput masih mendominasi tapi warna warninya tetap terlihat dan menyegarkan di pagi hari pas buka pintu. Kadang satu pot ditaruh di atas meja berganti-ganti, suka-suka.

Ada juga kegiatan kecil-kecil yang dilakukan dan membuat saya tidak bosan misalnya memasang aromatheraphy dengan wangi-wangian yang berbeda atau membuat teh dengan rasa yang berbeda-beda. kadang teh hijau, teh biasa, atau teh hitam. Kalo lagi pengen bisa ditambah lemon, jahe (minta ke café depan) atau madu. Suka-suka aja sesuai mood. Kalau sudah siap baru setel musik dan baca buku atau nonton film. Paradise.

Ada sebuah cerita di Jepang mengenai upacara minum teh. Sebenarnya minum teh biasa tapi disajikan dengan begitu banyak ritual dan tata cara, sehingga kegiatan sehari-hari yang sangat biasa diubah menjadi momen berharga. Sebelum acara meminum teh dimulai, si ketua upacara berkata “Upacara ini untuk menghormati hal-hal yang indah dan sederhana. Kita mengerahkan segala daya dan upaya untuk meraih kesempurnaan kita dalam kehidupan sehari-hari. Keindahan itu ada pada rasa hormat dalam melaksanakan hal biasa. Kalau secangkir teh bisa mendekatkan kita pada tuhan, maka hendaknya kita senantiasa awas terhadap belasan kesempatan lain yang ditawarkan kepada kita oleh setiap hari yang biasa-biasa saja”.

Jadi kenapa perlu merasa bosan? Dengan melihat langit saja, sudah mendapatkan pertunjukan alam yang tidak pernah sama. Bawa secangkir teh, tiduran dirumput atau bale depan, dan melihat langit. VVVVIP!!. Tidak ada yang perlu dikeluhkan sepertinya selain mengucap rasa syukur :)

Keluarga


Sangat bersyukur menjadi bagian dari keluarga ini. Masalah tentu ada, konflik itu biasa. Satu yang paling saya pelajari dari kondisi keluarga saya yaitu bahwa keluarga berarti dedikasi. Tidak peduli bagaimana jalannya, bagaimana rintangan yang dilalui dalam membangunnya, berikan cinta, kesetiaan dan dedikasi tertinggi pada keluarga. Keluarga yang baik akan menghasilkan generasi yang baik. Semoga saya dapat membangun keluarga nantinya dan memberikan dedikasi terbaik saya sebagai ibu, sebagai teman, sebagai sahabat, sebagai pelayan. Tidak peduli sebutan saya apa. Rasa lelah pasti ada, tapi disanalah letak kebahagiaan yang sesungguhnya. Terimakasih Apih!

Batu bata yang hilang


Di satu bukunya Paulo Coelho menuliskan soal batu bata yang hilang;

Ketika saya dan istri saya sedang berpergian, sekretaris saya mengirimkan faks pada kami, “ada satu batu bata yang hilang untuk pekerjaan renovasi dapur”, tulisnya. “Saya mengirimkan rancangan aslinya, dan berikut rancangan yang dibuat si pembangun sebagai gantinya.”

Di satu sisi ada rancangan asli yang telah dibuat istri saya: susunan bata yang selaras dengan lubang untuk ventilasi. Di sisi lain ada rancangan yang dibuat untuk menyelesaikan masalah akibat bata yang hilang itu: susunan yang baru.

“beli saja bata lainnya,” tulis istri saya. Mereka membelinya dan dengan demikian tetap menggunakan rancangan yang semula.

Siang itu saya merenung-renungkan apa yang terjadi; betapa seringnya hanya karena kekurangan satu bata, kita membongkar sepenuhnya rancangan kehidupan kita yang mula-mula. Padahal yang diperlukan hanyalah menyelesaikan satu kekurangan/ masalah/ tantangan itu saja.