Apa yang kamu bayangkan ketika
pertama kali mendengar kata INDIA? Film-film bollywod yang penuh dengan tarian dibawah
guyuran hujan atau diantara pepohonan, jalanan yang kotor, kepadatan penduduk, atau makanan dengan bumbu kari dan bau rempah-rempah yang menyengat?
Ketika Bimo mengajak untuk mengunjungi
india setahun yang lalu, tanpa pikir panjang saya
langsung mengiyakan. India adalah salah
satu negara yang ada di bucket list saya. Negara yang kontroversial dengan kasus
perkosaan dan salah satu pusat peradaban dunia ini memang sudah menarik
perhatian saya sejak lama.
India sangat luas, sedangkan kami
memiliki waktu yang terbatas. Ketika menyusun itinerary kami memiliki dua
pilihan; Rajashtan atau Ladakh. Akhirnya kami memilih untuk mengeksplor negara bagian Rajashtan
berdasarkan beberapa pertimbangan, termasuk waktu dan budget. Selain itu,
ladakh dapat dikatakan merupakan sisi lain dari India. Letaknya yang berdekatan
dengan Tibet, menghasilkan masyarakat India yang merupakan akulturasi dari
budaya india dan Tibet. Kulit masyarakatnya pun tidak berkulit gelap, tapi kuning
menyerupai orang Tibet. Landscapenya yang berada diantara pegunungan sangat memukau, tentu
saja Ladakh sangat menarik, namun karena ini kali pertama kami ke India, kami
sepakat untuk lebih melihat sisi-sisi India yang ada di imajinasi kami selama
ini, seraya membandingkan bagaimana dengan
kenyataan yang kami temui disana.
Warna sebagai simbolisasi
Saya melihat India sebagai Negara
yang kaya akan warna. Dalam fashion, arsitektur, perayaan, warna menjadi aspek yang berperan
penting. Saya pernah membaca mengenai
pentingnya warna merah bagi pengantin di India, atau warna putih yang
menandakan tidak adanya warna, dan merupakan satu-satunya warna yang dapat
digunakan oleh janda. Ini adalah warna yang dapat diterima di pemakaman dan
upacara yang menandai kematian. Hal ini mencerminkan kualitas
dasar warna itu sendiri, bahwa prinsipnya; putih, sebagai warna, mengusir semua
cahaya. Karena itu ketika seorang janda memakai putih, dia memutus dirinya
dari kesenangan dan kemewahan. Lain halnya dengan warna kuning dari kunyit yang melambangkan kesucian dan biasanya digunakan dalam
upacara-upacara. Di pintu masuk menuju tempat pertunjukan di Jaisalmer, seorang wanita menempelkan kunyit di kening saya sebagai simbol memasuki perayaan rajasthani folk musik dan tari.
|
Ragam warna India |
Sangat menarik mendapati bahwa ternyata kota-kota
di Rajasthan yang kami datangi dibedakan melalui warna. Pink city untuk Kota
Jaipur dengan bangunan-bangunan yang menggunakan material batu pasir berwarna pink menuju orange, gold city
untuk Kota Jaisalmer yang menggunakan batu pasir berwarna coklat dengan hamparan pasir gurun berwarna keemasan
saat tertimpa matahari, sedangkan blue city untuk Kota Jodhpur dengan rumah-rumah penduduknya yang berwarna
biru disekitar mehrangarh fort, dan white city untuk Kota Udaipur dengan
rumah-rumah penduduk berwarna putih.
|
Jaipur, Jaisalmer, Jodhpur, Udaipur |
Di negara yang beraneka ragam
budaya dan agama, mungkin warna adalah ekspresi sederhana yang menyatukan orang
dari banyaknya pandangan, gaya hidup, serta tradisi.
|
Holi festival (source: google image) |
Kaya akan bangunan
heritage warisan dunia
Bangunan-bangunan
heritage seperti benteng, istana, candi maupun museum yang menjadi saksi sejarah dipreservasi dengan baik, berdiri kokoh dengan dikelilingi danau dan taman-taman indah, menyatu selaras dengan bangunan-bangunan baru. Setelah membaca beberapa literatur di internet, ternyata gaya arsitektur rajashtan
ini merupakan perpaduan antara gaya indo Rajput/ raja-raja rajashtan dan
arsitektur Islamic Mughal, perpaduan antara Islamic, Persian dan India. Kolonialisasi Inggris di India pun
mempengaruhi arsitektur di Rajashtan, menghasilkan bangunan bergaya Indo-
Saracenik revival yang dibawa oleh arsitek-arsitek inggris pada akhir abad
19. Saracenik sendiri adalah istilah untuk
menyebut orang-orang di daerah gurun di romawi, yang dibedakan dari orang-orang
arab, berpadu dengan arsitektur Mughal India. Ini berhasil menjawab pertanyaan saya ketika berkunjung, mengapa bangunan-bangunan tersebut bercirikan dome, pillar, beam, dan lintel, bercampur dengan gaya bangunan eropa.
|
Arsitektur Rajashtan
|
Pada fasad maupun di luar bangunan biasanya disedikan tempat makanan untuk burung, sehingga banyak burung-burung bertebangan diatas bangunan tersebut, memberikan sensasi ekletik tersendiri antara suasana inggris, arab, dan india secara bersamaan.
|
Burung dan Arsitektur |
Bangunan-bangunan heritage ini walaupun memiliki gaya yang sama, namun karakteristiknya dibedakan oleh material yang digunakan, menyesuaikan dengan material yang tersedia di masing-masing kota.
|
Karakteristik yang dihasilkan dari penyesuaian material; Haveli di Gold City dan Hawa Mahal di Pink City.
|
Benteng-benteng dan istana tampak berdiri kokoh dengan pemandangan kesekeliling kota. Saya membayangkan bagaimana dahulu pemimpin/ raja-raja di kota tersebut mengawasi masyarakat dan musuhnya nya dari atas sana.
|
Benteng-benteng di beberapa kota Rajashtan
|
Di sisi lain, daerah-daerah lama yang merupakan bekas pusat perdagangan pada awalnya kota ini dibuat, menjadi area yang padat dan kumuh, akibat pengaruh dari adanya urbanisasi. Masyarakat yang berkecukupan bergeser ke area pinggiran yang masih asri dan tenang. Real estate mewah tampak berdiri dekat dengan lingkungan istana yang berada di area lebih tinggi, jauh dari pusat kota.
|
Kawasan Kota Tua Jodhpur |
|
Real Estate Kota Jodhpur |
Identitas
Masyarakat india sangat memegang
erat budayanya. Wanita dengan pakaian saree berjalan di jalan raya, gang-gang sempit, maupun pasar tradisional yang becek lengkap
dengan aksesorisnya yang beragam. Pria dengan turban warna warni di kepala dipadu dengan setelan kasual kaos, celana jeans dan sepatu keds, menarik, mengikuti perkembangan jaman tanpa harus meninggalkan identitas mereka. Ini mengingatkan saya pada film-film India, yang dapat menembus pasar internasional dengan originalitasnya. Suka ataupun tidak, mereka memiliki keunikan dan karakter tersendiri yang mereka jaga.
|
Bollywood |
Masyarakat India pun sangat mencintai produk lokal. Bahan-bahan makanan olahan seperti keju sampai ke perlengkapan kamar mandi seperti kloset dan wastafel yang saya lihat di hotel semuanya produk lokal India. Kendaraan roda empat terutama SUV dan jeep mayoritas bermerk mahindra, begitupun taksi-taksi di India yang menggunakan produk lokal bermerk mahindra, tata, atau maruti. Sementara itu kendaraan roda dua didominasi oleh merk bajaj, sama halnya dengan rickshaw/ tuktuk yang merupakan ciri khas negara ini. Teman seperjalanan yang bekerja di bagian business development di salah satu supermarket asal korea mengatakan bahwa India sangat ketat dalam penanaman modal asing sehingga supermarketnya tidak dapat masuk ke negara ini.
|
Saya (pura-pura) mengendarai jeep Mahindra :p |
Prilaku atau kebiasaan
Ada beberapa prilaku menarik yang saya temui, misalnya prilaku buang air
kecil di pinggir jalan. Bau pesing sering tercium terutama di kawasan kota tua. Melihat ada yang buang air kecil di pinggir jalan menjadi hal yang lumrah dan bagi saya exhibitionis :D. Sepertinya tata kotanya pun mencoba memfasilitasi kebiasaan buang
air kecil ini. Banyak toilet-toilet umum yang disediakan di pinggir jalan, sayangnya toilet-toilet tersebut terkadang tidak memiliki sanitasi yang baik,
bahkan tidak jarang hanya berupa kubikel toilet tanpa pintu, dengan lantai dan
dinding keramik tanpa saluran pembuangan. Saya menebak mungkin ada hubungannya
antara kebiasaan berjalan kaki orang india dengan kebiasaan ini. Walaupun tanpa
trotoar yang tertata baik, banyak sekali pejalan kaki di pinggir jalan. Saya
sempat diantar pemilik guest house di Kota Jodhpur untuk membeli
rempah-rempah di pasar. Dia mengatakan lokasinya bertetangga dan sangat
dekat, ternyata kami menghabiskan waktu hampir setengah jam untuk sampai
ketempat tersebut dengan langkah kaki cepat sedikit berlari, mengikuti
kecepatan langkah kaki si pemilik guest house.
|
Toilet umum di Jaipur |
Prilaku yang menarik lainnya
adalah klakson. Di India, klakson dapat menjadi penanda untuk mengingatkan
kendaraan lain yang akan disusul maupun pejalan kaki. Banyaknya pejalan kaki di jalan ditambah dengan gaya berkendaraan yang seenaknya, menghasikan bunyi klakson yang datang dari segala arah dan sangat intens. Saking banyaknya bunyi klakson yang ada pada waktu bersamaan, bagi saya yang tidak terbiasa cukup membingungkan, bunyi klakson mana yang harus menjadi perhatian.
Seorang teman saya yang berasal dari India mengatakan "the one who is richest is the one to be blamed for rash driving, or else who was driving the bigger vehicle", tidak peduli apakah yang menyalahi aturan adalah pejalan kaki yang berjalan di tengah jalan raya, yang bersalah adalah pengendara kendaraan. Ini membuat saya mengerti mengapa setiap kali ada pejalan kaki di jalan raya, pengendara kendaraan menyalakan klaksonnya, namun tidak membuat pejalan kaki meminggir, atau hanya bergeser sedikit. Klakson seperti hanya penanda untuk mengingatkan bahwa akan ada kendaraan yang lewat disekitarnya. Alhasil kendaraanlah yang harus menyesuaikan melakukan gerakan zigzag untuk dapat melewatinya.
Keadaan bahwa pemilik kendaraan yang lebih besar yang bersalah ini sebenarnya terjadi juga di Indonesia, hanya saja di India seperti sudah menjadi kesadaran bersama bahwa hirarki kekuasaan di jalan raya dimulai dari pejalan kaki, tuktuk, motor, mobil dst. Lalu mengapa ini bisa terjadi? beginilah jawaban teman saya " that's the beauty about it, the richer is blamed bcause he has the deep pocket to get rid of the punishment". Sebagai orang Indonesia, sepertinya tidak perlu penjelasan lebih :(
|
Kondisi lalu lintas |
|
Pedestrian |
Selain bergaya zigzag, tidak jarang tuktuk yang saya tumpangi pun hampir menyenggol kendaraan lain karena jaraknya yang sangat dekat. What a skill!
|
Semepet inilah jarak tuktuk kami yang berpapasan dengan tuktuk lain |
Selain itu banyak juga binatang yang berkeliaran di jalanan. klakson pun berperan untuk meminggirkan binatang-binatang tersebut. Ada kejadian motor hampir terserempet mobil sehingga motor tidak sengaja 'menyenggol' sapi. Sapi adalah binatang yang disucikan di India, tampak setelahnya terjadi adu mulut antara pengendara motor dan mobil.
|
Babi, kuda, sapi turut meramaikan jalanan |
|
Detik-detik sebelum sapi tersenggol motor yang sempat terfoto |
Pengalaman yang awalnya membuat kaget di awal-awal perjalanan di India ini memberi pengalaman yang menarik tersendiri.
Whatever you need
Apa yang kamu impikan ketika mengendarai bis atau kereta berjam-jam terutama di malam hari? tentu membayangkan bisa sambil tiduran, ya setidaknya bisa menyelonjorkan kaki sehingga badan tidak pegal. Di India, kalian bisa mendapatkannya, bahkan dengan harga yang sangat terjangkau, jadi siapapun bisa memenuhi kebutuhannya untuk ini. Kami sempat mencoba sleeper class di bis dan kereta disana. Sleeper class di bis ini cukup nyaman, ditutupi dengan curtain ataupun kaca sehingga kami mendapatkan privasi dan tidak terganggu oleh pedagang yang naik turun bus. Beda halnya dengan kereta, karena kami mencoba kelas paling rendah, sedikit tidak nyaman karena compartment kami terbuka tanpa pintu.
|
Sleeper Class kereta dengan tempat tidur susun tiga (di foto ini yang tengah dilipat ) |
|
Wajah-wajah kami sebelum kereta berangkat (Credit to Herajeng Gustiayu) |
|
Bersama Dita, di dalam sleeper class bis pertama kami yang berantakan :D (yang kedua lebih bagus dan baru, tapi tidak sempat terfoto :/) |
Awalnya tidak bisa tidur karena terganggu dengan bebunyian dari klakson pak supir, tapi lama kelamaan terbiasa dan bisa tidur pulas. Terkesan seadanya dan jauh dari kemewahan, namun saya merasa kebutuhan dasar untuk beristirahat selama dalam perjalan terpenuhi.
Happiness
Hal lain yang saya pelajari dari orang India yang saya temui adalah kebahagiaan. Walaupun pada World Happiness Report dari United Nation General Assembly india berada di peringkat 111 tertinggal dibelakang Pakistan dan Bangladesh, orang-orang yang sempat kami temui disana tampak menikmati hidup dan pekerjaannya.
Mereka pekerja keras dan bersungguh-sungguh ketika mengerjakan sesuatu. Pelayan
toko/ restoran, tukang masak dan bersih-bersih, pemandu wisata, bahkan
supir-supir tuktuk. Gerakan mereka relatif cekatan dan bersemangat. Memang
tidak semua orang yang kami temui seperti itu, tapi secara general saya menangkap
kesan tersebut. Ketika ditanya mengenai kondisi lalu lintas yang semrawut mereka
mengatakan ‘this is India’ sambil tertawa lebar, seperti bentuk kesadaran
bahwa memang beginilah cara mereka hidup dan yang
terpenting adalah mereka menyadari bahwa mereka bagian dari kesemrawutan tersebut.
Kontras berbeda jika saya bertanya mengenai kondisi jalanan Jakarta ke
supir-supir taksi. Jawaban yang saya dapat adalah keluh kesah dan cenderung
menyalahkan pihak lain. Terkadang kondisi yang diharapkan bertentangan dengan
prilaku yang dilakukan. Ini menjadi
sentilan juga untuk diri sendiri.
“I only have one problem, that I
have no problem” -Seorang supir tuktuk yang mengaku memiliki nama panggilan ‘King of the road’.
|
Mr. Keke, another happy man |
Begitulah beberapa hasil kunjungan ke India selama delapan hari. Bisa jadi benar, bisa jadi salah apa yang saya tangkap dalam kunjungan singkat di sebagian kecil wilayah India ini. Banyak pelajaran yang didapat dari
bertemu orang-orang baru disana, berkemah ditengah gurun yang sangat dingin di malam hari, ataupun sensasi flying fox diatas danau dan diantara benteng-benteng mehrangarh fort. Pengalaman yang berharga
yang akan menjadi cerita untuk anak cucu nanti :D.
|
Full team with total stranger solo traveller dari Malaysia beraksen british, yang tetiba kemping di tenda yang sama dengan tim pria |
|
Bersama bapak supir jeep yang cool |
|
Bersama orang lokal jadi-jadian, didepan Taj Mahal, a building of love |
Masih banyak sisi-sisi lain dari India yang menarik untuk dieksplor, seperti kehidupan masyarakat di pegunungan himalaya di utara India, ataupun tradisi-tradisi hindu yang kental di selatan India, semoga suatu saat nanti berkesempatan mengunjungi India lagi. Yaaayy!