Ntah sejak kapan saya mulai menyukai teater. Mungkin
semenjak tahun lalu ketika menonton pementasan teater dari Teater Satu Lampung
di Salihara. Orang bilang menonton teater, seperti halnya karya seni lainnya, membantu kita
mengolah rasa.
Judul teater tersebut adalah “maut dan sang perawan”. Bercerita mengenai kehidupan Paulina, korban penyiksaan dan pemerkosaan aparat militer. Diceritakan bagaimana kejadian tersebut membuat Paulina dihantui depresi dan rasa benci setelah rezim represif jatuh. Settingnya sangat sederhana, diruang rumah Paulina dan suaminya.
Selain akting yang memukau, yang paling saya kagumi dari pementasan ini adalah naskah dialog dan narasi yang ada. Sangat cerdas dan mengusung intrepretasi yang tinggi mengenai sejarah politik dan kekerasan dari suatu rezim. Penasaran siapa dibalik naskahnya akhirnya saya mencoba pencarian di dunia maya. Ternyata lakon ini ditulis oleh Vladimiro Ariel Dorfman. Seorang Novelis, Dramawan, Esais dan altivis HAM keturunan argentina-chili. Dorfman juga professor sastra dan studi amerika latin di Universitas Duke, Amrik. “maut dan sang perawan” pernah difilmkan tahun 1992.
Lakon ini diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan akhirnya dimainkan oleh teater Satu. Teater satu yang berdiri tahun 1996 ini telah mendapatkan banyak penghargaan termasuk dinobatkan sebagai teater terbaik Indonesia versi majalah tempo pada tahun 2008 dan 2012. Kelompok ini juga aktif dalam menangani isu-isu sosial, seperti mengorganisasi pentas teater di 50 desa di Lampung dalam usaha meredam konflik etnis.
Good job, teater satu! Kalian berhasil membuat saya (mulai) jatuh cinta dengan teater, walau hanya sebagai penikmat:p. Semoga sukses dan terus menginspirasi :)
Judul teater tersebut adalah “maut dan sang perawan”. Bercerita mengenai kehidupan Paulina, korban penyiksaan dan pemerkosaan aparat militer. Diceritakan bagaimana kejadian tersebut membuat Paulina dihantui depresi dan rasa benci setelah rezim represif jatuh. Settingnya sangat sederhana, diruang rumah Paulina dan suaminya.
Selain akting yang memukau, yang paling saya kagumi dari pementasan ini adalah naskah dialog dan narasi yang ada. Sangat cerdas dan mengusung intrepretasi yang tinggi mengenai sejarah politik dan kekerasan dari suatu rezim. Penasaran siapa dibalik naskahnya akhirnya saya mencoba pencarian di dunia maya. Ternyata lakon ini ditulis oleh Vladimiro Ariel Dorfman. Seorang Novelis, Dramawan, Esais dan altivis HAM keturunan argentina-chili. Dorfman juga professor sastra dan studi amerika latin di Universitas Duke, Amrik. “maut dan sang perawan” pernah difilmkan tahun 1992.
Lakon ini diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan akhirnya dimainkan oleh teater Satu. Teater satu yang berdiri tahun 1996 ini telah mendapatkan banyak penghargaan termasuk dinobatkan sebagai teater terbaik Indonesia versi majalah tempo pada tahun 2008 dan 2012. Kelompok ini juga aktif dalam menangani isu-isu sosial, seperti mengorganisasi pentas teater di 50 desa di Lampung dalam usaha meredam konflik etnis.
Good job, teater satu! Kalian berhasil membuat saya (mulai) jatuh cinta dengan teater, walau hanya sebagai penikmat:p. Semoga sukses dan terus menginspirasi :)
0 komentar:
Posting Komentar