Beberapa hari yang lalu saya dan dua orang teman mendiskusikan
mengenai perkembangan seni yang didukung oleh perkembangan teknologi. Poin
pembicaraannya adalah mengenai mulai tergesernya metode-metode manual yang
menggunakan tangan tanpa komputerisasi menjadi menggunakan bantuan teknologi
komputerisasi. Apakah ini sesuatu yang salah? Atau justru kemajuan? Atau
bernilai sama dengan, yaitu hanya saling menggantikan?
Untuk menjelaskan pendapat saya, saya mulai dengan pengalaman saya ketika masuk ke jurusan arsitektur. Bisa dibilang saat
itulah saya mulai belajar menggambar. Sebelumnya boro-boro saya bisa menggambar,
tertarik pun tidak. Masuk ke jurusan ini seperti salah alamat, yang saya
pikirkan sebelumnya teknik arsitektur itu adalah teknik sipil. Akhirnya mau tidak mau
saya harus melakoninya juga, apalagi di tingkat pertama hampir semua mata
kuliah berasal dari jurusan seni rupa yaitu mata kuliah gambar 1, gambar 2,
nirmana 2D dan nirmana 3D yang semuanya manual menggunakan tangan. Awalnya
tentu saya stres melihat teknik dan kemampuan teman-teman yang lain yang
sepertinya memang mayoritas sudah memiliki kemampuan dasar disitu. Tapi
ternyata hasilnya mengejutkan, gambar 1 saya mendapat nilai B, seiring saya
belajar dan mengamati teman-teman yang lain, akhirnya gambar 2 saya mendapat
nilai A, begitupun dengan nirmana 2D dan 3D saya mendapat nilai A di keduanya,
bahkan pada beberapa tugas nirmana saya mendapat nilai 100. Saya kaget dan bersyukur bukan
main karena saya tidak pernah merasa memiliki kemampuan di bidang-bidang
tersebut sebelumnya, ketika sekolah saya sangat menyukai pelajaran eksak dan
tidak tertarik dengan seni sama sekali.
Naik ke tingkat dua dan tiga, mulai masuk ke desain arsitektur
termasuk membuat maketnya. Baik gambar maupun maket dikerjakan harus dengan
manual. Saya mendapati diri saya sangat menikmatinya setiap prosesnya, bahkan
ketika pacar saya saat itu berniat membantu, ada ketidakrelaan tersendiri
karena meskipun hasilnya lebih baik atau lebih buruk akan memberi perbedaan
karakter dalam setiap tarikan garisnya :D
Berbeda ketika masuk ke tingkat 4 dimana semua gambar harus
menggunakan program komputer. Saya memang masih menikmatinya karena di tingkat
ini desain menjadi lebih kompleks dan semakin seru, namun ada sesuatu yang
hilang, dengan menggunakan komputer, saya tidak masalah jika teman saya mau
membantu. Gambar menjadi hanya media untuk menyampaikan gagasan-gagasan desain
arsitektur kita, tidak lebih. Saya tidak dapat menilainya sebagaimana saya menilai gambar manual.
Berdasarkan pengalaman tersebut, saya mendapati bahwa perbedaannya antara membuat gambar manual dan komputerisasi adalah dalam gambar manual saya dapat melampiaskan emosi, ketekunan,
detail, dan kepekaan saya. Contohnya ketika membuat garis atau arsir dengan pensil.
Disana saya merasa dituntut untuk menorehkan setiap garis dengan perasaan. Berbeda
dengan menggunakan program computer yang saya dengan mudah bisa menset
ketebalan, efek pensil dll dengan cepat. Pada intinya sama-sama menggunakan
tangan, namun yang satu menuntut kepekaan motorik dan emosi yang lebih. Contoh
lainnya bermain bowling atau golf secara langsung pasti akan berbeda dengan
bermain melalui computer. Sama-sama menggunakan tangan, sama-sama memiliki
target, sama-sama memerlukan kestabilan emosi ketika menarik tangan, namun ADA IKATAN EMOSIONAL YANG BERBEDA.
Selain karena tidak dapat digandakan, karena alasan itulah
sesuatu yang handmade akan dinilai lebih daripada hasil komputerisasi/digital. Saya
tidak suka menilai sebuah karya dengan angka, namun jika angka bisa menjadi bahasa sebagai tolak ukur yang dapat dimengerti semua orang, maka tidak heran handmade selalu
lebih mahal.
Kembali ke pernyataan awal mengenai baik/tidaknya pergeseran
dari manual ke komputerisasi, saya tetap mengatakan bahwa ini kemajuan. Memang
ada nilai-nilai yang hilang dari sebuah produk karya tersebut, namun sebuah
karya akan menjadi karya sesuai dengan kegunaan dan tujuan dibuatnya. Jika
pengrajin batik tidak menemukan teknik cetak, mungkin batik hanya dapat
dinikmati kalangan tertentu saja. Jika tidak ada program autocad, 3d max dan
program-program desain lainnya, mungkin perkembangan arsitektur dan desain lainnya tidak akan
secepat sekarang.
Jadi sah-sah saja mendesain menggunakan manual ataupun
komputerisasi karena ini kembali ke tujuan awal karya tersebut dibuat. Kalau
saya, karena saya menikmati membuat sesuatu dengan manual dimana ada ikatan
batin yang lebih ketika karya tersebut selesai, maka selagi ada waktu luang
saya akan gunakan untuk membuat sesuatu dengan tangan saya. Saya bercita-cita
jika nanti memiliki rumah sendiri, saya ingin setiap sudut rumah diisi dengan
sentuhan tangan-tangan anggota rumah, Saya, suami dan anak-anak saya. Baik secara manual, digital, maupun campuran keduanya. Do it
ourself, jika bisa buat sendiri kenapa harus beli? ;) dan pasti ada nilai lebih
yang menjadikan rumah bukan hanya sekedar rumah, tetapi media ekspresi dari
masing-masing karakter orang yang ada di dalamnya.
0 komentar:
Posting Komentar