Akhir pekan kemarin saya dan beberapa teman
mengunjungi Museum di Tengah Kebun di Jalan Kemang Timur, Jakarta Selatan. Museum yang
terpilih sebagai museum swasta terbaik dari museum awards ini memiliki ribuan koleksi
benda antik dari 63 negara dan 26 provinsi di Indonesia. Dari luar, hanya ada gerbang kayu
besar dengan tulisan museum tengah kebun dan beberapa topeng, tidak ada yang
terlalu mencolok. Setelah gerbang dibuka, terdapat lorong luar panjang
sebagai ruang perantara sebelum melewati gerbang kedua menuju museum. Setelah
melewati gerbang kedua ini barulah kita dapat melihat bangunan museum yang
bergaya seperti joglo.
Gerbang Depan |
Ruang Perantara Menuju Gerbang Kedua |
Dari segi arsitektur saya sangat menyukai
bangunan museum ini, bangunan ini mengekspos bata yang dipadu dengan kayu. Dari
wikipedia saya mendapat penjelasan bahwa bangunan museum ini dibangun pada
tahun ’80-an dari sisa bangunan bersejarah. Tembok bangunan dibangun
dengan 65.000 batu bata dari bekas gedung VOC dan 15.000 batu bata tua dari gedung metereologi yang dibangun tahun 1896.
Engsel pintu-nya pun berasal dari penjara wanita. Pantas saja bangunan ini
terlihat begitu kokoh dengan kualitas bata ekspos yang berbeda jika
dibandingkan dengan bata-bata yang sekarang beredar ada di pasaran.
Arsitektur Museum |
Selain menikmati arsitekturnya, tentunya benda-benda
antik yang merupakan atraksi utama di museum ini memberikan saya pengalaman
spiritual tersendiri. Terdapat belasan ruang yang bisa kita nikmati. Seperti
masuk kedalam lorong waktu! kita diajak untuk melihat dan berimajinasi mengenai apa
yang terjadi pada masa lampau. Kebanyakan benda di museum ini didapat dari balai
lelang Christie di New York, Amerika Serikat. Banyak benda-benda dari nusantara yang sudah berada
diluar negeri, lalu dibeli agar kembali ke Indonesia.
Penataan barang-barang di museum ini tidak diatur
berdasarkan klasifikasi waktu maupun tempat asal, walaupun tiap ruang memiliki
nama masing-masing berdasarkan barang antik yang dominan diruang tersebut, barang-barang
tersebut ditempatkan bercampur acak dari berbagai abad dan gaya, diatur sedemikian
rupa sebagai bagian dari interior ruang, sehingga saya tidak merasa berada di
dalam museum, tetapi berkunjung ke rumah seseorang dengan barang-barang
interior yang bernilai historis tinggi.
Interior Museum |
Banyak diantaranya yang membuat saya merinding karena seperti memiliki daya magis tersendiri, beberapa barang memang
diambil dari dalam kubur toraja dan dayak. Sedari mula rombongan diingatkan
untuk tidak berpencar dan fokus mengikuti guide
karena sudah beberapa kali kejadian tamu yang ‘kemasukan’. Walaupun begitu,
karena pemilik tidak percaya dengan hal-hal mistis, Sekoper keris maupun
benda-benda lainnya yang bagi sebagian orang dipercaya meminta ‘syarat’ dan
ritual tertentu, tidak pernah dilakukan di museum ini.
Hal menarik dari kunjungan kemarin juga adalah
mengetahui seseorang di baliknya. Benda-benda tersebut merupakan milik pribadi dan
berasal dari kocek pribadi bapak Sjahrial Djalil, mantan pemilik ad force,
perusahaan advertising. Beliau tidak memiliki istri dan anak. Setelah menjual
perusahaan advertisingnya, mulailah beliau mengoleksi benda-benda antik. Dulu
beliau tinggal di Menteng, lalu menjual rumahnya dan membeli rumah di Kemang
dengan kebun yang luas yang akhirnya menjadi museum ini. Beliau terkenal sebagai
pribadi yang perfeksionis dan memiliki visi jangka panjang. Untuk pembiayaan
museum ini saja sudah ada perhitungan detail sampai belasan tahun mendatang. Pendanaannya berasal dari investasinya di luar negeri.
Selalu menarik bagi saya untuk mengetahui jalan
hidup dan value seseorang dalam menjalani hidupnya. Satu arca kecil ada yang
seharga dengan satu apartemen mewah di depan Sydney Opera House Australia, lalu ada
juga arca yang dibeli dengan syarat membangun sekolah, balai pengobatan, dll. Hidup tanpa keluarga dan membangun
eksistensi diri melalui benda-benda antik yang pada akhirnya dapat dinikmati
secara gratis oleh publik, tentu bukan jalan hidup yang dipilih orang pada umumnya.
“Supaya Negara ini setara dengan bangsa lain. Bahwa negara ini adalah negara yang kaya akan budayanya. Kalau bukan generasi muda siapa lagi yang akan melestarikannya? Sudah saatnya Negara ini bangkit"
"Jangan sampai benda bersejarah ini jatuh ke tangan pemerintah, Saya benci dengan pemerintah mereka pencuri barang bersejarah." -Sjahrial Djalil
NB: Untuk mengunjungi museum harus melakukan
janji berkunjung terlebih dahulu beberapa hari sebelumnya, dalam
satu hari museum menerima 2 grup, pagi 09:00-12:00 dan siang 12:00-15:00.
Masing-masing grup minimal berjumlah 7 orang.
0 komentar:
Posting Komentar